Budaya tajen sendiri sudah ada sejak zaman Majapahit, hasil perpaduan kebudayaan lokal yang menjadikan tajen itu sebagai seni dalam pertarungan ayam dimana budaya ini ditujukan sebagai persembahan untuk dewa yadnya. Dalam hal ini Tajen bisa dikatakan budaya yang memang sudah ada dari para leluhur.
Akan tetapi di dalam era modern ini beberapa kontroversi sering muncul dalam budaya tajen itu sendiri.
Ya,tak bisa dipungkiri lagi bahwa budaya tajen sering dikaitkan dengan perjudian. Mereka para bobotoh atau si petaruh sering menjadikan budaya ini sebagai sarana taruhan. Hal ini mengakibatkan budaya tajen itu sendiri bisa dibilang perjudian yang harus diberantas. Namun akan tetapi Pemerintah Bali memberikan izin untuk melaksanakan tajen pada PANGDAK XV
dibuat untuk melegalkan judi karena tajen menjadi budaya di Bali dan pada akhirnya Perda ini akhirnya dicabut pada tahun 1963 karena bertentangan dengan
KUHP pasal 303 dan berbagai ajaran agama yang tidak melegalkan berbagai
jenis judi apapun motifnya. Masalah ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Secara logika jika budaya tajen ini ditutup maka pemerintah bali secara otomatis menghapus budaya yang sudah ada sejak zaman majapahit. Juga akan bertentangan dengan nilai agama,dimana tajen itu sendiri dilaksanakan untuk melengkapi upacara keagamaan umat hindu bali. Namun jika pemerintah bali mengizinkan Budaya tajen dibuka kembali maka dengan kata lain pemerintah melindungi penyakit masyarakat dalam hal perjudian. Bayangkan dari efek negative ini jika tajen dibuka kembali maka tingkat kemiskinan akan meningkat, karena judi tidak akan pernah membuat
orang kaya malah akan membuat kecanduan. Ini akan berdampak pada
generasi muda kita yang akan kehilangan masa depan cerah mereka, padahal
mereka mengemban beban untuk memajukan Bali.
Menurut saya dalam menanggapi permasalahan ini tajen tetaplah harus dibuka karena ini tradisi budaya yang diwariskan secara turun menurun dari para leluhur dan juga dapat memajukan pariwisata bali karena budaya ini dapat menarik wisatawan. Selain itu pemerintah Bali harus mulai memikirkan cara memanfaatkan budaya yang
satu ini dengan semaksimal mungkin agar terhindar dari pengaruh negative. Karena dalam hidup kita harus percaya bahwa dibalik krisis pasti ada peluang.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment